Rencana pembangunan jalan tembus Lembang dengan Sumedang akan berpengaruh kepada sektor usaha kuliner dan pertanian. Dan nanti kecamatan Lembang semakin punya daya tawar tinggi lagi, bukan sekadar tempat singgah, tapi sudah menjadi destinasi wisata dan bisnis.
Sumber berita dari Tribunnews.com mengatakan warga yang ingin ke Lembang dari arah timur atau Sumedang tak perlu lagi ke Bandung. Jarak tempuh ke Lembang bahkan bisa menjadi lebih pendek dan waktu tempuh yang lebih singkat. Selain itu, pengendara kendaraan tak akan terjebak kemacetan yang makin parah di Bandung.
Panorama alam pegunungan dengan hamparan sawah, kebun sayuran, sampai jemuran tembakau juga akan menjadikan pemandangan bagi pengguna jalan. Bahkan setelah melewati perkampungan warga, pengguna jalan akan masuk areal hutan pinus milik Perhutani mulai dari Palintang sampai Maribaya, Lembang.
Pemerintah akan membangun jalan tembus ke Lembang melalui Tanjungsari-Sukasari, Sumedang, sepanjang 18 kilometer. Jalan tembus Sumedang-Lembang ini sudah digagas 10 tahun lalu oleh warga Sukasari yang sering bepergian ke Lembang.
"Sejak dulu kami menggunakan jalan menembus hutan menuju ke Lembang. Sekitar 10 tahunan, para petani di sini menggagas dan meminta pemerintah membangun jalan tembus," kata Dudun Suryana alias Dewa (45), warga Pasirkaliki, Desa Genteng, Sukasari.
Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi dan Pembangunan Setda Pemkab Bandung Barat, Hendra Trismayadi, mengatakan rencana pembangunan jalan tembus tersebut pernah dibicarakan dalam pertemuan antara Bupati Bandung Barat Abubakar dan Bupati Sumedang (waktu itu) Endang Sukandar pada Oktober tahun lalu.
Pada pertemuan itu, kata Hendra, Bupati Sumedang menyampaikan kepada Bupati Abubakar mengenai kemungkinan dibangunnya jalan tembus yang menghubungkan wilayahnya dengan Kecamatan Lembang.
"Ketika itu Sumedang minta adanya jalan tembus dari daerah Tanjungsari ke Lembang melalui Desa Suntenjaya, Lembang," kata Hendra kepada Tribun, Jumat (25/4/2014).
Dalam pertemuan tersebut, kata Hendra, Bupati KBB tidak langsung menyetujui permintaan Bupati Sumedang tersebut. Namun, setelahnya, Bupati Abubakar langsung memerintah sejumlah dinas terkait, yakni Dinas Binamarga dan Bappeda, untuk melakukan survei ke lapangan mengenai kemungkinan pembangunan jalan tembus tersebut.
"Pak Bupati akhirnya memang menginginkan jalan tembus itu diimplementasikan," katanya.
Menurut hasil laporan survei awal yang dilakukan, kata Hendra, rencana pembangunan jalan tembus itu dapat direalisasikan. Pasalnya, berdasarkan kajian yang dilakukan Pemkab, keberadaan jalan itu nantinya akan sangat menguntungkan bagi kedua daerah baik KBB maupun Sumedang.
"Arus ekonomi akan tambah ramai. Begitu juga dengan jalur transportasi," ujar Hendra.
Petani Sayuran
Warga Pasirkaliki, Desa Genteng, Sukasari, yang kebanyakan petani sayuran, pun kerap pergi ke Lembang untuk membeli bibit sayuran sampai obat-obatan karena harganya lebih murah.
"Kalau jalan kaki, butuh waktu dua jam sudah sampai ke Lembang. Kalau memakai motor dan mobil, satu jam juga sudah sampai, hanya saja jalannya sempit dan hanya berlandaskan batu," kata Dudun, yang diiyakan petani lainnya saat sedang panen kol.
Mereka mengaku sempat mengukur lama perjalanan menuju Lembang melalui hutan Manglayang atau naik mobil ke arah Jatinangor-Bandung-Lembang. "Saya jalan kaki dan butuh waktu dua jam sudah sampai ke Lembang, sementara teman saya yang naik mobil memakai mobil jalur Jatinangor-Bandung baru sampai empat jam kemudian," katanya.
Karena itu, kata mereka, jika jalan tembus itu jadi dibangun, jarak tempuh menjadi lebih pendek. "Jarak dari kampung terakhir sampai ke perkebunan kina di Lembang itu sekitar 10 km saja. Kalau sudah dibuat jalan tembus dan diaspal, paling butuh waktu sekitar 15 menit saja atau kalau dari jalan raya Bandung-Sumedang juga cukup 30 menitan," kata Dudun.
Harapan warga di sana bisa menjadi kenyataan. Tahun ini pembangunan jalan tembus itu akan dimulai. "Sekitar satu bulan lalu saya ikut mengukur jalan tembus Sumedang-Sukasari-Lembang itu. Saya yang membuat dan memasang patok-patok," kataya.
Dudun mengaku memasang 15 patok dari Tungturanan Jalan Bandung-Sumedang sampai jembatan terakhir sasak Jangkung. "Ada 15 patok atau sekitar 15 km dari mulut jalan Bandung-Sumedang sampai Sasak Jangkung, kemudian masuk hutan Perhutani dan perbatasan dengan Lembang," katanya.
Disebutkan, ada delapan patok yang melewati lahan sawah dan tanah milik warga. "Selebihnya itu lahan hutan yang dikelola Perhutani. Lahan untuk jalan juga dipilih yang melewati sawah dan menghindari permukiman. Saat mengukur itu petugas dari PU mengukur kondisi kemiringan tanah. Katanya tanahnya bagus karena cadas," kata Dudun.
Jalur jalan Tanjungsari-Sukasari-Lembang yang akan dipakai jalan tembus itu dimulai dari Pasigaran, Desa Kadakajaya, Tanjungsari, tak jauh dari Tol Cisumdawu, kemudian memakai jalan kabupaten sampai Desa Cijambu dan berbelok di Kereteg menyusuri jalan desa yang sudah dicor warga dengan biaya dari PNPM.
"Jalur masuk ke Pasir Bajing kemudian masuk ke kawasan hutan RPH Manglayang masuk Palintang, kemudian hutan pinus dan sampailah ke Lembang," katanya.
Panorama alam pegunungan dengan hamparan sawah, kebun sayuran, sampai jemuran tembakau juga akan menjadikan pemandangan bagi pengguna jalan. Bahkan setelah melewati perkampungan warga, pengguna jalan akan masuk areal hutan pinus milik Perhutani mulai dari Palintang sampai Maribaya, Lembang.
Pemerintah akan membangun jalan tembus ke Lembang melalui Tanjungsari-Sukasari, Sumedang, sepanjang 18 kilometer. Jalan tembus Sumedang-Lembang ini sudah digagas 10 tahun lalu oleh warga Sukasari yang sering bepergian ke Lembang.
"Sejak dulu kami menggunakan jalan menembus hutan menuju ke Lembang. Sekitar 10 tahunan, para petani di sini menggagas dan meminta pemerintah membangun jalan tembus," kata Dudun Suryana alias Dewa (45), warga Pasirkaliki, Desa Genteng, Sukasari.
Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi dan Pembangunan Setda Pemkab Bandung Barat, Hendra Trismayadi, mengatakan rencana pembangunan jalan tembus tersebut pernah dibicarakan dalam pertemuan antara Bupati Bandung Barat Abubakar dan Bupati Sumedang (waktu itu) Endang Sukandar pada Oktober tahun lalu.
Pada pertemuan itu, kata Hendra, Bupati Sumedang menyampaikan kepada Bupati Abubakar mengenai kemungkinan dibangunnya jalan tembus yang menghubungkan wilayahnya dengan Kecamatan Lembang.
"Ketika itu Sumedang minta adanya jalan tembus dari daerah Tanjungsari ke Lembang melalui Desa Suntenjaya, Lembang," kata Hendra kepada Tribun, Jumat (25/4/2014).
Dalam pertemuan tersebut, kata Hendra, Bupati KBB tidak langsung menyetujui permintaan Bupati Sumedang tersebut. Namun, setelahnya, Bupati Abubakar langsung memerintah sejumlah dinas terkait, yakni Dinas Binamarga dan Bappeda, untuk melakukan survei ke lapangan mengenai kemungkinan pembangunan jalan tembus tersebut.
"Pak Bupati akhirnya memang menginginkan jalan tembus itu diimplementasikan," katanya.
Menurut hasil laporan survei awal yang dilakukan, kata Hendra, rencana pembangunan jalan tembus itu dapat direalisasikan. Pasalnya, berdasarkan kajian yang dilakukan Pemkab, keberadaan jalan itu nantinya akan sangat menguntungkan bagi kedua daerah baik KBB maupun Sumedang.
"Arus ekonomi akan tambah ramai. Begitu juga dengan jalur transportasi," ujar Hendra.
Petani Sayuran
Warga Pasirkaliki, Desa Genteng, Sukasari, yang kebanyakan petani sayuran, pun kerap pergi ke Lembang untuk membeli bibit sayuran sampai obat-obatan karena harganya lebih murah.
"Kalau jalan kaki, butuh waktu dua jam sudah sampai ke Lembang. Kalau memakai motor dan mobil, satu jam juga sudah sampai, hanya saja jalannya sempit dan hanya berlandaskan batu," kata Dudun, yang diiyakan petani lainnya saat sedang panen kol.
Mereka mengaku sempat mengukur lama perjalanan menuju Lembang melalui hutan Manglayang atau naik mobil ke arah Jatinangor-Bandung-Lembang. "Saya jalan kaki dan butuh waktu dua jam sudah sampai ke Lembang, sementara teman saya yang naik mobil memakai mobil jalur Jatinangor-Bandung baru sampai empat jam kemudian," katanya.
Karena itu, kata mereka, jika jalan tembus itu jadi dibangun, jarak tempuh menjadi lebih pendek. "Jarak dari kampung terakhir sampai ke perkebunan kina di Lembang itu sekitar 10 km saja. Kalau sudah dibuat jalan tembus dan diaspal, paling butuh waktu sekitar 15 menit saja atau kalau dari jalan raya Bandung-Sumedang juga cukup 30 menitan," kata Dudun.
Harapan warga di sana bisa menjadi kenyataan. Tahun ini pembangunan jalan tembus itu akan dimulai. "Sekitar satu bulan lalu saya ikut mengukur jalan tembus Sumedang-Sukasari-Lembang itu. Saya yang membuat dan memasang patok-patok," kataya.
Ilustrasi/istimewa |
Dudun mengaku memasang 15 patok dari Tungturanan Jalan Bandung-Sumedang sampai jembatan terakhir sasak Jangkung. "Ada 15 patok atau sekitar 15 km dari mulut jalan Bandung-Sumedang sampai Sasak Jangkung, kemudian masuk hutan Perhutani dan perbatasan dengan Lembang," katanya.
Disebutkan, ada delapan patok yang melewati lahan sawah dan tanah milik warga. "Selebihnya itu lahan hutan yang dikelola Perhutani. Lahan untuk jalan juga dipilih yang melewati sawah dan menghindari permukiman. Saat mengukur itu petugas dari PU mengukur kondisi kemiringan tanah. Katanya tanahnya bagus karena cadas," kata Dudun.
Jalur jalan Tanjungsari-Sukasari-Lembang yang akan dipakai jalan tembus itu dimulai dari Pasigaran, Desa Kadakajaya, Tanjungsari, tak jauh dari Tol Cisumdawu, kemudian memakai jalan kabupaten sampai Desa Cijambu dan berbelok di Kereteg menyusuri jalan desa yang sudah dicor warga dengan biaya dari PNPM.
"Jalur masuk ke Pasir Bajing kemudian masuk ke kawasan hutan RPH Manglayang masuk Palintang, kemudian hutan pinus dan sampailah ke Lembang," katanya.